Nabi Muhammad
merupakan sosok pemimpin yang diutus di tengah-tengah masyarakat 'barbar' yang
sama sekali tidak mengenal kode etik kemanusiaan. Masyarakat kala itu tidak
mempunyai pandangan hidup yang jelas. Akidah kabur, moral bejat, wanita hanya
menjadi komoditi kepuasan natsu rendah dan serakah dan lain sebagainya.
Tegasnya, abad itu di kenal dengan sebutan dark ages, di mana yang kuat
menindas yang lemah, sementara yang berkuasa menunggang rakyatnya.
Dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW oleh Allah dalam waktu yang
relatif singkat, yaitu 23 tahun (13 tahun di Makkah, 11 di Madinah), masyarakat
Arab yang sama sekali tidak mengenal tatakrama kehidupan itu dengan izin Allah
ternyata berubah secara drastis. Mereka ternyata bersatu. Yang semula menjadi
lawan akhirnya menjadi kawan dan bersaudara di bawah panji-panji Tauhid, Juga
yang semula kacau dan bermusuhan, akhirnya menjadi tenang dan damai. Yang
semula takabur akhirnya menjadi rendah hati. Mereka dapat bersatu bukan karena
faktor nasionalisme, tetapi karena faktor akidah, di bawah panji-panji Islam
yang memiliki prinsip ajaran universal dan kosmopolitan (rahmatan lil 'alamin).
Tak berlebihan apa yang dikatakan Syekh Khaiil Yasin di dalam
bukunya, Muhammad 'Inda al- Viama-ial-Harb, dengan mengutip pendapat George
Toldes bahwa dengan datangnya Muhammad, kebiadaban dan keliaran bangsa Arab
berhasil diatasi. Muhammad dengan agama yang dibawanya ternyata berhasil
memberikan pancaran cahaya kepada jutaan hati manusia
sehingga mereka hidup damai dalam naungan kepemimpinannya.
Keberhasilan Nabi Muhammad mengubah struktur kehidupan bangsa
Arab bukan melalui ayunan pedang sebagaimana dituduhkan oleh orientalis Barat,
tetapi dilatarbelakangi oleh kepemimpinan yang bijak bestari. Nabi benar-benar
menjadi panutan (uswah) dan idola serta tumpuan umat. Sang tokoh yang kharismatik
dan sempurna itu ternyata merupakan pemimpin yang amat demokratis sepanjang
sejarah, bukan penganut 'sistem kebangsaan' yang sempit apalagi sukuisme
(nepotis) yang picik. la tidak pernah memihak secara membabi buta terhadap
siapa pun, termasuk terhadap putri kandungnya sendiri, Itulah antara lain
tipologi kepemimpinan Nabi Muhammad SAW, pemimpin terbesar dan tersukses sepanjang
zaman.
Kesuksesannya dalam membawa panji-panji Islam tidak terletak
pada singgasana yang gemerlapan, tetapi pada beberapa kekuatan dan
keistimewaannya, antara lain phbadinya yang sederhana, merakyat (populis) dan
bersahaja, tetapi sekaligus mengandung kekuatan dan pesona tersendiri. Berbeda
dengan pemimpin-peminpin kaliber dunia yang tidak merakyat sehingga kurang
dicintai rakyat, Nabi Muhammad SAW merupakan seorang pemimpin yang senantiasa
merasakan suka duka kehidupan bersama rakyat yang dipimpinnya, sangat memahami
aspirasi urhatnya dan selalu melayani mereka. la bukan tipe pemimpin yang
berwatak menara gading seperti kebanyakan pemimpin dan penguasa, yang hanya
pandai berbicara dan menyalahkan orang lain yang dianggap tidak sesuai dengan
jalan pikirannya sendiri. Nabi SAW benar-benar mau berintegrasi dengan umat
tanpa pandang bulu.
Suri
Tauladan Yang Terbaik
Lebih dari
itu, beliau selalu mengunjungi orang sakit tanpa memandang status sosial, di
samping selalu ikut mengantar jenazah. Undangan dari budak untuk makan di
gubuknya yang teramat bersahaja, biasanya takkan dilayani seorang penguasa.
Tetapi Nabi Muhammad SAW justru melayaninya. Bahkan pakaiannya yang koyak
dijahitnya sendiri, walaupun kalau ia mau, ia dapat saja menyuruh orang
mengerjakannya. Kalau berjabat tangan, Nabi tidak pernah lebih dulu menarik
tangannya dari genggaman tangan orang lain. Nabi juga tidak pernah berpaling
sebelum orang lain berpaling darinya. Hal ini sesuai dengan apa yang
diungkapkan
Al
Quran: "Sungguh pada diri
Rasulullah kamu dapatkan suti tauladan yang indah, (yaitu) bagi orang-orang
yang mengharap (rahmat)' Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah" (QS al-Ahzab : 21)
Dengan demikian menjadi jelas bagi kita bahwa integritas Nabi
Muhammad sebagai utusan Allah benar-benar mengagumkan, sehingga Khurshid Ahmad
di dalam bukunya The Religion of Islam, tegas-tegas menyatakan; "Saya
yakin seyakin-yakinnya bahwa kalau orang seperti Muhammad diserahi tanggung
jawab sebagai pimpinan tunggal dunia modern ini, dia pasti akan berhasil
memecahkan semua persoalan yang pada gilirannya akan membawa dunia ke arah
perdamaian dan kebahagiaan...".
Ajang
Dakwah
Dalam hubungan
ini, kalangan yang sangat anti terhadap kegiatan mengkaji perjuangan Nabi
(peringatan maulid Nabi), dimohon semoga tidak mencaci maki atau mencela
kegiatan tersebut, Sebab pekerjaan lain yang bermanfaat masih sangat banyak.
Daripada saling mengejek sesama saudara seiman, tentu lebih baik saling
mengingatkan akan ancaman musuh-musuh Islam yang terus menerus mengerogoti umat
Islam. Sudah tiba saatnya sesama umat Islam tidak saling mencurigai, saling
mengejek, saling membid'ahkan dan saling membenci. Sebaliknya sudah tiba
saatnya sesama umat Islam dari berbagai aliran menyatukan langkah. merapatkan
barisan dan berjuang saling bahu membahu untuk meraih kemajuan.
Berdakwah merupakan salah satu perintah Allah yang tak dapat
ditawar-tawar. Untuk dapat melaksanakan dakwah, semua kesempatan perlu
dimanfaatkan. Bahkan kalau perlu diciptakan. Sebenarnya peluang dakwah ada yang
sudah diciptakan sebelumnya, di antaranya melalui momentum peringatan hari-hari
besar Islam, termasuk peringatan maulid Nabi. Kenyataan membuktikan belum
pernah terjadi orang jadi mabuk atau gila atau rusak akidahnya hanya karena ia
menghadiri dan memperhatikan tausiah melalui peringatan maulid Nabi, Bahkan
sebaliknya dari peringatan maulid Nabi, seseorang atau banyak orang mendapatkan
pelajaran, yang nilainya dapat mereka terapkan di dalam kehidupan sehari-hari.
Bahkan orang-orang yang setiap hari super sibukdan buta Islam sertatak sempat
mempelajari Islam, bisa mengetahui banyak dari tausiah yang disampaikan pada
peringatan maulid Nabi itu. Malah tak mustahil, seseorang langsung bertobat
kepada Allah setelah mendengarkan tausiah yang benar-benar menghunjam ke dalam
lubuk hatinya.
Melalui kegiatan peringatan maulid itu, masyarakat
kembali diingatkan akan kelahiran seorang Nabi yang membawa manusia kepada
keadaan yang terang benderang, dengan harapan memberikan kekuatan dan kesejukan
jiwa kepada semua komponen masyarakat. Banyak pesan-pesan islami dapat
disampaikan melalui peringatan maulid. Dan terkadang, di penghujung acara,
dilakukan pemberian santunan untuk kalangan fakir miskin dan anak-anak yatim
piatu yang tak mampu. Bukankah ini merupakan manifestasi dari perintah membantu
fakir miskin dan kaum lemah lainnya? Yang dilakukan dalam memperingati Maulid Nabi
Muhammad SAW itu bukan hura-hura, tetapi umat Muslim berkumpul untuk
mendengarkan pembacaan Al Quran, membaca kembali kisah-kisah perjuangan
Rasulullah SAW, mukjizatnya, akhlaknya yang mulia dan seterusnya, Tujuannya
antara lain adalah agar umat dapat meneladani sifat-sifat terpuji Rasulullah
tersebut dan mengamalkannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Sebab
pribadi dan kepemimpinan Nabi menjadi sangat relevan diterapkan pada masa
sekarang. Bahkan bila dilaksanakan sungguh-sungguh oleh semua pribadi Muslim,
maka akan membantu bangsa ini keluar dari keterpurukan.
Wallahu A'lam Bishawab
sumber: rangkuman media kajian agama Islam
Wallahu A'lam Bishawab
sumber: rangkuman media kajian agama Islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar